Selasa, 15 November 2011

ispa


ISPA

Infeksi saluran napas akut dalam bahasa Indonesia juga di kenal sebagai ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) atau URI dalam bahasa Inggris adalah penyakit infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernapasan, hidung, sinus, faring, atau laring.  Tanda dan gejala

Yang termasuk gejala dari ISPA adalah badan pegal pegal (myalgia), beringus (rhinorrhea), batuk, sakit kepala, sakit pada tengorokan.
Penyebab terjadinya ISPA adalah virus, bakteri dan jamur. Kebanyakan adalah virus. Diagnosis yang termasuk dalam keadaan ini adalah, rhinitis, sinusitis, faringitis, tosilitis dan laryngitis.

Terapi

Terapi yg diberikan pada penyakit ini biasanya pemberian antibiotik walaupun kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pemberian obat obatan terapeutik, pemberian antibiotik dapat mempercepat penyembuhan penyakit ini dibandingkan hanya pemberian obat obatan symptomatic, selain itu dengan pemberian antibiotik dapat mencegah terjadinya infeksi lanjutan dari bakterial, pemberian, pemilihan antibiotik pada penyakit ini harus diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi resistensi kuman/baterial di kemudian hari. Namun pada penyakit ISPA yg sudah berlanjut dengan gejala dahak dan ingus yg sudah menjadi hijau, pemberian antibiotik merupakan keharusan karena dengan gejala tersebut membuktikan sudah ada bakteri yg terlibat.










seperti selaput- yang berisi cairan dan janin selama kehamilan. Normalnya, kantung ketuban pecah pada akhir kala I atau awal kala II saat pembukaan lengkap pada proses persalinan. Tapi, kantung ketuban bisa pecah lebih awal atau pecah dini (KPD), yakni pecah sebelum usia kehamilan 37 minggu, sebelum pembukaan mulut rahim 4 cm, atau sebelum ada tanda-tanda persalinan.

Bagaimana terjadinya? Cairan ketuban keluar secara tiba-tiba dari liang vagina dalam jumlah banyak, tak dapat ditahan atau dihentikan.  Cairan ketuban berwarna putih agak keruh, mirip air kelapa muda karena bercampur dengan lanugo atau rambut halus pada janin  dan mengandung verniks caseosa , yaitu lemak pada kulit bayi.

Bahaya apa yang bisa ditimbulkannya? Umumnya, ketuban yang pecah tidak menimbulkan rasa sakit, pegal-pegal, mulas, dan sebagainya. Tapi kalau Anda mengalaminya, sebaiknya segera cari pertolongan. Semakin cepat ditangani, semakin kecil risiko terjadinya komplikasi, seperti:  
  • Infeksi kuman dari luar. Jika tidak ditangani dengan benar, infeksi ini dapat berakibat fatal pada ibu dan janin.
  • Persalinan prematur  atau kurang bulan.
  • Gangguan peredaran darah atau tali pusat  yang bisa menyebabkan kondisi gawat janin dan kematian janin akibat   tali pusat  yang tertekan.
  • Oligohidramnion, yakni cairan ketuban kurang dari jumlah yang dibutuhkan, atau bahkan habis.
Apa penyebabnya? Belum pasti, tapi sebagian besar berkaitan dengan infeksi (sampai 65%).  Misalnya, infeksi kuman, terutama infeksi bakteri, yang dapat menyebabkan selaput ketuban menjadi tipis, lemah dan mudah pecah. Selain itu, beberapa faktor risiko KPD adalah:
  • Kehamilan kembar.
  • Ada riwayat persalinan kurang bulan sebelumnya.
  • Hubungan seksual yang kebersihannya tidak dijaga.
  • Perdarahan lewat jalan lahir.
  • pH (tingkat keasaman) vagina di atas 4,5.
  • Selaput ketuban tipis, yaitu kurang dari 39 mm.
  • Kadar CRH (corticotropin releasing hormone) maternal tinggi, misalnya pada ibu hamil yang stres.
  • Higiene yang kurang baik, misalnya keputihan dan infeksi vagina.
  • Hidroamnion, atau jumlah cairan ketuban sangat banyak.
  • Kelainan mulut rahim seperti inkompeten serviks.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar