Selasa, 15 November 2011

budaya komunikasi masyarakat madura


BUDAYA KOMUNIKASI MASYARAKAT MADURA
(Studi pada komunitas Madura di desa Karang Geger Kecamatan Pajarakan
Kabupaten Probolinggo)

A.   LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial, manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya, ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya, karena setiap orang yang hidup dalam masyarakat sejak ia bangun tidur hingga ia tidur kembali, secara kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi, terjadinya komunikasi adalah sebagai konsekuensi hubungan sosial (Social Relations)  masyarakat, paling sedikit dua orang yang saling berhubungan satu sama lainnya yang menimbulkan sebuah interaksi sosial (Social Interaction), terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi.[1]
Komunikasi sangat penting peranannya bagi kehidupan sosial, budaya, politik dan pendidikan, karena komunikasi merupakan proses dinamik transaksional yang mempengaruhi perilaku, yang mana sumber dan penerimaannya sengaja menyandi (to code) perilaku mereka untuk menghasilkan pesan yang mereka salurkan melalui suatu saluran (Channel) guna merangsang atau memperoleh sikap atau perilaku tertentu sebagai konsekuensi dari hubungan sosial[2]
Tampaknya tak dapat dihindari lagi bahwa proses komunikasi ini sangat vital dan mendasar bagi komunikasi sosial, dikatakan vital karena setiap individu memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu yang lainnya, dengan begitu menetapkan kredibilitasnya sebagai seorang anggota masyarakat dan dikatakan mendasar karena manusia baik yang primitif maupun yang modern berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai hal aturan sosial komunikasi.
Oleh karena itu yang harus ditekankan adalah bagaimana komunikasi bisa berjalan efektif dan efisien sehingga pesan yang diterima, ditafsirkan sama antara komunikator dan komunikan. Artinya komunikasi yang efektif, terjadi tidak hanya sekedar saat seseorang telah melekatkan arti tertentu terhadap perilaku orang lain tetapi juga pada persepsinya yang sesuai dengan pemberi pesan atau informasi.
Salah satu cara untuk menjamin hal itu adalah dengan menghindarkan pesan yang tidak jelas atau tidak spesifik serta dengan meningkatkan frekuensi umpan balik (feed back) guna mengurangi tingkat ketidakpastian dan tanda tanya, yakni dengan cara memahami bagaimana budaya komunikasi dari lawan bicara kita nantinya, sehingga salah tafsir dari penyampaian pesan dapat dihindarkan meskipun mempunyai latar belakang kehidupan yang hampir sama dengan kita.
Bertahun – tahun lalu Raymond Williams (1962) secara ringkas dan tegas mendefinisikan Budaya sebagai” suatu cara hidup tertentu” yang dibentuk oleh nilai, tradisi, kepercayaan, obyek material dan wilayah (territory),[3] Budaya adalah suatu ekologi yang kompleks dan dinamis dari orang, benda, pandangan tentang dunia, kegiatan dan latar belakang (setting) yang secara fundamental bertahan lama tetapi juga berubah dalam komunikasi dan interaksi sosial yang rutin, budaya adalah konteks.
Budaya adalah cara kita berbicara dan berpakaian, makanan yang kita makan dan cara kita menyiapkannya dan mengkonsumsinya, dewa-dewa yang kita ciptakan dan cara kita memujanya, cara kita membagi waktu dan ruang, cara kita menari, nilai-nilai yang kita sosialisasikan kepada anak-anak kita dan semua detail lainnya yang membentuk kehidupan sehari-hari.
Perspektif tentang budaya ini mengimplikasikan bahwa tak ada budaya yang secara inheren lebih unggul dari budaya yang lainnya dan bahwa kekayaan budaya tidak ada kaitannya sama sekali dengan status ekonomi, budaya sebagai kehidupan sehari-hari merupakan idea yang tetap demokratis.[4]
Hal inilah yang memotivasi peneliti untuk mengkaji bagaimana cara atau praktek komunikasi dalam masyarakat Madura khususnya Di Desa Karang Geger dari segi bahasa, baik bahasa Verbal maupun Nonverbal, yang biasanya dilakukan antara komunikator dan komunikan yang berlatar belakang kebudayaan sama, namun berbeda dengan masyarakat Madura pada umumnya, yang terkesan kasar dan bernada tinggi, masyarakat Madura di Desa Karang Geger kec. pajarakan, Kab. Probolinggo terkesan Sopan, Ramah, Lemah lembut bahkan sebagian besar dari mereka mampu berbahasa Jawa krama yang mungkin belum tentu orang jawa lakukan, hal inilah yang menarik perhatian peneliti untuk mengkaji hal ini.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka penelitian ini berusaha menjawab permasalahan sebagai berikut :
1.      Bagaimana budaya komunikasi masyarakat Madura khususnya di Desa Karang Geger Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo dari segi penggunaan bahasa ?
2.      Simbol-simbol komunikasi apa yang digunakan masyarakat Madura khususnya di Desa Karang Geger Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo dalam proses komunikasi?

C.  MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN
Bertitik tolak pada rumusan masalah  di atas, maka maksud dan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut  :
1.      Untuk mengetahui Budaya Komunikasi masyarakat Madura khususnya di Desa Karang Geger Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo dari segi penggunaan bahasa
  1. Untuk memahami simbol-simbol komunikasi yang digunakan masyarakat Madura khususnya di Desa Karang Geger Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo dalam proses komunikasi yang biasa mereka gunakan sehari-hari.

D.    KEGUNAAN PENELITIAN
Adapun kegunaan dari penelitian ini diharapkan berdaya guna sebagai berikut:
a.    Secara teoritis
1.      Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu Komunikasi, khususnya komunikasi budaya.
2.      Diharapkan dapat memperkaya kajian budaya khususnya di bidang komunikasi dalam Masyarakat Madura
b.   Secara Praktis
1.      Hasil Penelitian ini diharapkan dapat di jadikan salah satu informasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya komunikasi budaya yang ada hubungannya dengan Program Studi Komunikasi.
2.      Untuk membantu masyarakat demi menghindari kesalahpahaman persepsi dari sebuah pesan yang disampaikan komunikan yang berbeda Budaya atau bahkan sama dengan kita.
3.      Untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar strata satu (S1) pada Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya

E.     DEFINISI KONSEP
Konsep adalah unsur pokok daripada penelitian [5]. Kalau masalahnya dan kerangka teoritisnya sudah jelas, biasanya sudah diketahui pula fakta mengenai gejala – gejala yang menjadi pokok penelitian dan suatu konsep sebenarnya adalah definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala itu.
Sehubungan dengan hal di atas , maka dalam pembahasan perlulah kiranya peneliti membatasi dari sejumlah konsep yang diajukan dalam penelitian dalam judul skripsi ini Budaya Komunikasi masyarakat Madura (Studi pada komunitas Madura di desa Karang Geger kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo) adalah yang mempunyai konsep – konsep antara lain :
·        Budaya Komunikasi
Budaya dan komunikasi merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Pusat perhatian budaya dan komunikasi terletak pada Variasi langkah dan cara manusia berkomunikasi melintasi komunitas manusia atau kelompok sosial. Pelintasan komunikasi ini menggunakan kode – kode pesan, baik secara verbal maupun nonverbal, yang secara alamiah selalu digunakan dalam konteks interaksi. Dalam hal ini juga meliputi bagaimana menjajaki makna, pola- pola tindakan dan bagaimana makna serta pola – pola itu di artikulasi dalam sebuah kelompok sosial, kelompok budaya, kelompok politik, proses pendidikan bahkan lingkungan teknologi yang melibatkan interaksi antar manusia.
·        Masyarakat Madura
Dalam penelitian ini masyarakat Madura adalah masyarakat yang tinggal dan hidup di Desa Karang Geger kecamatan Pajarakan kabupaten Probolinggo, Di mana dalam kehidupan sehari-hari menggunakan bahasa madura dalam berkomunikasi serta memiliki keturunan orang madura asli yang berasal dari Pulau madura meskipun mereka tidak dilahirkan di madura,
Dalam hal ini masyarakat Madura Dalam berkomunikasi sangat dipengaruhi oleh tradisi mereka yang sangat khas, mulai dari logat bahasa, cara mereka bertutur kata, menyampaikan pesan yang ada dalam pikiran mereka sampai pada pengungkapan atau pengekspresian perasaan mereka. Pada umumnya masyarakat Madura dalam pengungkapan perasaan dan pola pikir mereka akan suatu hal cenderung tidak pakai basa basi, langsung pada pembicaraan utama, hal ini dikarenakan masyarakat Madura lebih menghargai waktu daripada kemasan pesan yang akan disampaikan. Namun berbeda dengan komunitas madura yang ada di desa karang Geger. Yang lebih menghargai lawan bicara mereka sehingga mereka berusaha semaksimal mungkin memperhalus kemasan pesan mereka agar tidak sampai menyinggung perasaan lawan bicaranya. Meskipun mereka tidak perlu merangkai kata-kata yang indah, tapi enak di dengar, mereka lebih mengutamakan inti pesan, agar pesan tersebut bisa dengan mudah dipahami oleh lawan bicaranya. Kadang kala komunitas madura terlihat sangat emosional dengan nada bicara yang agak keras, meskipun pesan yang disampaikan mempunyai makna atau arti yang biasa (tidak marah), dan itu merupakan kebiasaan masyarakat Madura pada umumnya namun tidak dengan komunitas madura di Karang Geger. Dalam berinteraksi dengan sesama maupun dengan orang di luar komunitas Madura mereka tetap meggunakan bahasa yang halus walaupun kebiasaan bicara dengan nada tinggi masih tetap saja melekat yang sudah menjadi ciri khas orang Madura sehingga orang yang diajak bicara harus paham makna pesan yang disampaikan agar tidak terjadi kesalahpahaman.

F.      KERANGKA TEORITIK
Dalam penelitian ini menggunakan kerangka pemikiran yakni teori Interaksi Simbolik milik Herbert Blumer, kerangka pemikiran ini mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam penelitian ini, karena di dalamnya memiliki tendensi-tendensi pemikiran yang kuat untuk menganalisis penelitian ini untuk lebih jelasnya, akan kami bahas  mengenai kerangka pemikiran tersebut, sebagai berikut:

Teori Interaksi Simbolik
Istilah interaksi simbolik diciptakan oleh Herbert Blumer pada tahun 1937 dan dipopulerkan oleh Blumer juga,[6] meskipun sebenarnya Mead-lah yang paling popular sebagai peletak dasar teori tersebut.
Esensi dari teori  Interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni  komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna Blumer mengkonseptualisasikan manusia sebagai pencipta atau pembentuk kembali lingkungannya, sebagai perancang dunia obyeknya dalam aliran tindakannya, alih–alih sekedar merespons pengharapan kelompok.
Perspektif interaksionisme simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subyek, perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan keberadaan orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka.
 Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, obyek dan bahkan pada diri mereka sendiri yang menentukan perilaku mereka. Perilaku mereka tidak dapat digolongkan sebagai kebutuhan, dorongan impuls, tuntutan budaya atau tuntutan peran, manusia bertindak hanya berdasarkan pada definisi atau penafsiran mereka atas obyek-obyek di sekeliling mereka.
Dalam pandangan interaksi simbolik, sebagaimana ditegaskan Blumer proses sosial dalam kehidupan kelompoklah yang menciptakan dan menegakkan kehidupan kelompok, dalam konteks ini, maka  makna dikontruksikan dalam proses interaksi dan proses tersebut bukanlah suatu medium netral yang memungkinkan kekuatan-kekuatan sosial memainkan peranannya, melainkan justru merupakan substansi sebenarnya dari organisasi sosial  dan kekuatan sosial.
Bagi penganut interaksi simbolik memungkinkan mereka menghindari problem-problem struktulisme dan idealisme dan mengemudikan jalan tengah dari problem tersebut.
Menurut teori Interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia yang menggunakan simbol-simbol, mereka tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang merepresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Dan juga pengaruh yang ditimbulkan dari penafsiran simbol-simbol tersebut terhadap perilaku pihak-pihak yang terlihat dalam interaksi sosial.[7]
Penganut interaksi simbolik berpandangan, perilaku manusia pada dasarnya adalah produk dari interpretasi mereka atas dunia dari sekeliling mereka jadi tidak mengakui bahwa perilaku itu dipelajari atau ditentukan sebagaimana dianut teori Behavioristik atau teori struktural.
Secara ringkas Teori Interaksionisme simbolik didasarkan pada premis-premis berikut,[8] pertama individu merespons suatu situasi simbolik, mereka merespon lingkungan termasuk obyek fisik (benda) dan Obyek sosial (perilaku manusia) berdasarkan media  yang dikandung komponen-komponen lingkungan tersebut bagi mereka.
Kedua, makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melihat pada obyek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa, negosiasi itu dimungkinkan karena manusia mampu mewarnai segala sesuatu bukan hanya obyek fisik, tindakan atau peristiwa (bahkan tanpa kehadiran obyek fisik, tindakan atau peristiwa itu) namun juga gagasan yang abstrak.
Ketiga, makna yang interpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial, perubahan interpretasi dimungkinkan karena individu dapat melakukan proses mental, yakni berkomunikasi dengan dirinya sendiri.
G.       METODE PENELITIAN
Skripsi ini tersusun dengan kelengkapan ilmiah yang disebut sebagai metode penelitian, yaitu cara kerja penelitian sesuai dengan cabang – cabang ilmu yang menjadi sasaran atau obyeknya.[9] Cara kerja tersebut merupakan pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis dalam upaya pencarian data yang berkenaan dengan masalah-masalah penelitian guna diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan solusinya.[10]
Metode dalam suatu penelitian merupakan upaya agar penelitian tidak diragukan bobot kualitasnya dan dapat dipertanggungjawabkan validitasnya secara ilmiah. Untuk itu dalam bagian ini memberi tempat khusus tentang apa dan bagaimana pendekatan dan jenis penelitian, Obyek penelitian, jenis dan sumber data, tahapan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik keabsahan data.
a.      Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini, menggunakan pendekatan fenomenologi. Alfred Schutz sebagai salah satu tokoh teori ini berpendirian bahwa tindakan manusia menjadi suatu hubungan sosial bila manusia memberi arti atau makna tertentu terhadap tindakannya itu, dan manusia lain memahami pula tindakannya itu sebagai sesuatu yang penuh arti.[11]
Ada empat unsur pokok dari teori ini yakni: pertama, perhatian terhadap aktor.  Kedua, memusatkan pada pernyataan yang penting atau yang pokok dan kepada sikap yang wajar atau alamiah (natural attitude). Ketiga, memusatkan perhatian terhadap masalah mikro. Keempat, memperhatikan pertumbuhan, perubahan dan proses tindakan dalam dinamika agama, sosial dan budaya masyarakat urban
Namun penelitian ini juga menggunakan pendekatan etnografis, yang mencoba melakukan pengumpulan, penggolongan (pengklasifikasian) dan penganalisaan terhadap budaya komunikasi masyarakat madura.
  Sedangkan jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan berdasarkan pada : data yang muncul berwujud kata – kata dan bukan rangkaian angka. Serta dengan metode penelitian deskriptif artinya melukiskan variabel demi variabel, satu demi satu. Metode penelitian deskriptif  bertujuan untuk :
1.      Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada.
2.      Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku.
3.      Membuat perbandingan atau evaluasi.
4.      Menentukan apa yang dilakukan dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.[12]
Dengan demikian, metode deskriptif ini digunakan untuk menggambarkan secara sistematis dan mendalam fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, dalam hal ini kajian budaya komunikasi, secara aktual dan cermat.
Metode deskriptif  pada hakekatnya adalah mencari teori, bukan menguji teori. Metode ini menitik beratkan pada observasi dan suasana alamiah. Peneliti bertindak sebagai pengamat. Ia hanya membuat kategori pelaku, mengamati gejala dan mencatatnya dalam buku observasi. Dengan suasana alamiah berarti peneliti terjun ke lapangan. Ia tidak berusaha memanipulasi variabel karena kehadirannya mungkin mempengaruhi gejala, peneliti harus berusaha memperkecil pengaruh tersebut.[13]
3.      Sedangkan metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu melakukan analisis terhadap Budaya komunikasi Masyarakat Madura studi di Desa Karang Geger Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo dari segi penggunaan bahasa serta Simbol – simbol yang digunakan masyarakat Madura studi di Desa Karang Geger Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo dalam proses komunikasi
Penelitian kualitatif biasanya menekankan observatif partisipatif, wawancara mendalam dan dokumentasi.[14] Maka dalam penelitian ini, peneliti menekankan pada observasi dan wawancara mendalam dalam menggali data bagi proses validitas penelitian ini, tetapi tetap menggunakan dokumentasi.
Melihat konsepsi penelitian di atas, maka sudah sesuai dengan konteks permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Karena dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui Budaya komunikasi Masyarakat Madura studi di Desa Karang Geger Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo dari segi penggunaan bahasa serta bagaimana orang Madura mengkomunikasikan diri mereka melalui Bahasa Verbal dan Non Verbal.
Setelah mendapatkan data atau informasi yang dimaksud, maka langkah selanjutnya yang ditempuh oleh peneliti yaitu menggambarkan informasi atau data tersebut secara sistematis untuk kemudian di analisis dengan menggunakan perbandingan dan perpaduan dengan teori yang sudah ada.




b.      Obyek Penelitian
Wilayah penelitian yang dijadikan obyek atau sasaran dalam penelitian ini. Sebagaimana dijelaskan dalam konseptualisasi penelitian yaitu Budaya Komunikasi serta simbol – simbol yang digunakan dalam proses komunikasi Masyarakat madura studi di Desa Karang Geger Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo, Alasan dipilihnya desa ini adalah karena komunitasnya masih kuat mempertahankan identitas kulturalnya melalui berbagai ritualitas, meskipun mereka tidak tinggal di madura. Kuatnya identitas kultural tersebut diperkuat dengan masih mentradisinya bentuk – bentuk folklor dalam realitas kehidupan sehari – hari. Dengan memiliki aksesbilitas yang lebih terbuka serta kondisi sosial ekonomi rendah dan mempunyai tingkat mobilitas yang tinggi.
c.       Jenis dan Sumber data         
Jenis data dalam penelitian ini dibagi dalam bentuk kata-kata dan tindakan serta sumber data yang tertulis.[15] Sedangkan sumber data dalam penelitian ini, disesuaikan dengan apa yang di konsepsikan oleh Lofland dan Lofland (1984: 47), bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.[16] Berikut ini akan peneliti jelaskan mengenai jenis-jenis data yang berbentuk kata-kata dan tindakan serta sumber data yang tertulis.
1.       Kata-kata dan Tindakan
Kata-kata dan tindakan yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber utama. Sumber data utama dicatat melalui cacatan tertulis atau melalui perekaman video / audio tapes, pengambilan foto atau film.[17]
Dalam upaya mengumpulkan sumber data yang berupa kata-kata dan tindakan dengan menggunakan alat (instrumen) penelitian seperti tersebut di atas merupakan konsep yang ideal, tetapi dalam konteks ini, ketika peneliti melakukan proses wawancara dalam upaya menggali data atau informasi yang berkaitan dengan penelitian ini, peneliti hanya menggunakan alat bantu yang berupa referensi sebagai pisau bedah di lapangan dan buku tulis serta bolpoint untuk mencatat informasi yang disampaikan oleh informan yakni tokoh – tokoh masyarakat dan ketua adat yang sering mereka sebut  kyai dalam komunitas Madura yang cukup berpengaruh.
2.      Sumber Tertulis
Sumber tertulis dapat dikatakan sebagai sumber kedua yang berasal dari luar sumber kata-kata dan tindakan. Dilihat dari sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi.[18]
Dalam konteks ini, upaya untuk menggali data informasi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, peneliti mencari sumber data tertulis untuk memperkuat hasil penelitian. Dalam hal ini peneliti mendapatkan sumber data tertulis berupa buku yang berkaitan dengan kajian Budaya komunikasi Masyarakat madura serta Buku Desa Karang Geger Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo dalam angka dan berbagai buku penunjang lainnya..
d.      Tahap-Tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini ada dua, yaitu:
  1. Tahap Pra Lapangan
                           i.      Menyusun Rancangan Penelitian[19]
Dalam konteks ini, peneliti terlebih dahulu membuat rumusan permasalahan yang akan dijadikan obyek penelitian, untuk kemudian membuat matrik usulan judul penelitian sebelum melaksanakan penelitian hingga membuat proposal penelitian.
                         ii.      Memilih Lapangan Penelitian
Cara terbaik yang perlu ditempuh dalam penentuan lapangan penelitian ialah dengan jalan mempertimbangkan teori substantif, pergilah dan jajakilah lapangan untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang berada di lapangan.[20]
                        iii.      Mengurus Perizinan
Setelah membuat usulan penelitian dalam bentuk proposal, peneliti mengurus izin kepada atasan peneliti sendiri, ketua jurusan, dekan fakultas, kepala instansi seperti pusat dan lain-lain.[21]
  1. Tahap Orientasi
Pada tahap ini, peneliti akan mengadakan pengumpulan data secara umum, melakukan observasi dan wawancara mendalam untuk memperoleh informasi luas mengenai hal-hal yang umum dari obyek penelitian. Informasi dari sejumlah responden di analisis untuk memperoleh hal-hal yang menonjol, menarik, penting dan berguna bagi penelitian selanjutnya secara mendalam. Informasi seperti itulah yang selanjutnya digunakan sebagai fokus penelitian.[22]
3.      Tahap Eksplorasi
Pada tahap ini, fokus penelitian lebih jelas sehingga dapat dikumpulkan data yang lebih terarah dan spesifik. Observasi ditujukan pada hal-hal yang dianggap ada hubungannya dengan fokus. Wawancara lebih berstruktur dan mendalam (dept interview) sehingga informasi yang mendalam dan bermakna dapat diperoleh.[23]

H.    TEHNIK PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data adalah suatu proses pengadaan data primer untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data adalah langkah yang amat penting dalam metode ilmiah, karena pada umumnya data yang dikumpulkan digunakan untuk menguji hipotesa yang sudah dirumuskan.[24]
Dalam penelitian ini, pengumpulan data akan dilakukan langsung oleh peneliti dalam situasi yang sesungguhnya. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yang digunakan adalah data dokumentasi, wawancara mendalam yang berhubungan dengan data yang diperlukan dan observasi.
  1. Dokumentasi
Penggunaan data dokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan data-data tentang berbagai hal yang berhubungan dengan Budaya komunikasi masyarakat madura khususnya di Desa Karang Geger Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo dari segi penggunaan bahasa serta Latar belakang penggunaan Bahasa tersebut Seperti peta wilayah, foto-foto dokumenter aktivitas masyarakat madura khususnya di desa Karang Geger. Teknik dokumentasi ini juga digunakan untuk mendapatkan informasi dan data-data sekunder yang berhubungan dengan fokus penelitian.
  1. Wawancara
Sedangkan penggunaan wawancara mendalam (dept interview) dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data primer dari subyek penelitian dengan cara wawancara mendalam yang tidak berstruktur, dengan pertimbangan supaya dapat berkembang sesuai dengan kepentingan penelitian.
3.      Observasi
Metode ini menggunakan pengamatan atau penginderaan langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi, proses atau perilaku. Pengumpulan data dengan menggunakan alat indera dan diikuti dengan pencatatan secara sistematis terhadap gejala-gejala/fenomena yang diteliti.[25]
Observasi dilakukan bila belum banyak keterangan yang dimiliki tentang masalah yang diselidiki. Dari hasil observasi, dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang masalahnya dan mungkin petunjuk-petunjuk tentang cara memecahkan.[26]
Penggunaan metode observasi dalam penelitian ini, sesuai yang di kemukakan oleh Blak dan Champion (1999: 286-287), antara lain: pertama,  untuk mengamati fenomena sosial-keagamaan sebagai peristiwa aktual yang memungkinkan peneliti memandang fenomena tersebut sebagai proses; kedua, untuk menyajikan kembali gambaran dari fenomena sosial-keagamaan dalam laporan penelitian dan penyajiannya; dan ketiga, untuk melakukan eksplorasi atas setting sosial di mana fenomena itu terjadi. Sementara H.B. Sutopo (1997:10-11), mengemukakan bahwa teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat, lokasi dan benda serta rekaman gambar. Observasi dapat dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Observasi langsung dapat mengambil peran maupun tidak berperan. Spradley (1980), menjelaskan bahwa peran peneliti dalam metode observasi dapat dibagi menjadi: (1). Tak berperan sama sekali, (2). Berperan aktif, (3). Berperan pasif, dan (4). Berperan penuh, dalam arti peneliti benar-benar menjadi warga atau anggota kelompok yang sedang diamati.[27]

I.       TEHNIK ANALISIS DATA
Definisi analisis data, banyak dikemukakan oleh para ahli metodologi penelitian. Berikut ini adalah definisi analisis data yang dikemukakan oleh para ahli metodologi penelitian tersebut, yang terdiri dari :
1.      Menurut Bogdan dan Taylor (1971), analisis data adalah proses yang merinci usaha formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesa itu.
2.      Menurut Lexy J. Moleong (2002), analisis data adalah proses mengorganisasikan dari mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
Dari pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa, analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi, penafsiran, dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademik dan ilmiah.[28]
Analisis data penelitian bersifat berkelanjutan dan dikembangkan sepanjang program. Analisis data dilaksanakan mulai penetapan masalah, pengumpulan data dan setelah data terkumpulkan.  Dengan menetapkan masalah penelitian, peneliti sudah melakukan analisis terhadap permasalahan tersebut dalam berbagai perspektif teori dan metode yang digunakan yakni metode alir. Analisis dalam penelitian ini terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan   (Matthew B.Miles dan A Michael Huberman,1992: 16 – 17).Tahap analisis data dalam penelitian kualitatif secara umum di mulai sejak pengumpulan data 1) reduksi data,yang diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan – catatan tertulis di lapangan; 2) penyajian data (display data) dilakukan dengan menggunakan bentuk teks naratif dan 3) penarikan kesimpulan serta verifikasi.[29]
Teknik analisis data dalam penelitian ini, dilakukan setelah data-data diperoleh melalui teknik wawancara mendalam dan observasi. Kemudian data-data tersebut, di analisis secara saling berhubungan untuk mendapatkan dugaan sementara, yang dipakai dasar untuk mengumpulkan data berikutnya, lalu dikonfirmasikan dengan informan secara terus menerus secara triangulasi. 

J.      TEHNIK KEABSAHAN DATA
Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini, seperti yang dirumuskan ada tiga macam yaitu, antara lain :
1.       Perpanjangan Keikutsertaan
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar penelitian.[30] Dalam konteks ini, dalam upaya menggali data atau informasi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, peneliti selalu ikut serta dengan informan utama dalam upaya menggali informasi yang berkaitan dengan fokus penelitian. Misalnya peneliti selalu bersama informan utama dalam melihat lokasi penelitian.
2.      Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan dilakukan dengan maksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.[31]
Dalam konteks ini, sebelum mengambil pembahasan penelitian, peneliti telah melakukan pengamatan terlebih dahulu secara tekun dalam upaya menggali data atau informasi untuk di jadikan obyek penelitian dalam rangka memenuhi persyaratan untuk meraih gelar S-1, yang pada akhirnya peneliti menemukan permasalahan yang menarik untuk dibedah, yaitu masalah Budaya komunikasi Masyarakat madura khususnya di Desa Karang Geger Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo dari segi penggunaan bahasa serta simbol-simbol yang mereka gunakan dalam berkomunikasi
Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzin (1978), membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyedik dan teori.[32]
Validitas dan objektivitas   merupakan persoalan fundamental dalam kegiatan ilmiah. Agar data yang diperoleh peneliti memiliki validitas dan objektivitas   yang tinggi, diperlukan beberapa persyaratan yang diperlukan. Berikut ini akan peneliti kemukakan metode yang digunakan untuk meningkatkan validitas dan objektivitas   suatu penelitian, terutama dalam penelitian kualitatif. Robert K. Yin (1996), mensyaratkan adanya validitas design penelitian. Untuk itu, Paton (1984), menyarankan diterapkan teknik triangulasi sebagai validitas design penelitian. Adapun teknik triangulasi yang peneliti pakai dalam penelitian ini adalah triangulasi data atau triangulasi sumber. Sebagaimana dikemukakan Yin, triangulasi data dimaksudkan agar dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan multi sumber data. [33]
Dalam konteks ini, upaya yang dilakukan oleh peneliti dalam pengecekan data yaitu dengan menggunakan sumber data dalam pengecekan data yaitu dengan menggunakan sumber data dalam penggaliannya, baik itu sumber data primer yang berupa hasil wawancara maupun sumber data sekunder yang berupa buku, majalah dan dokumen lainnya. Sedangkan metode atau cara yang digunakan dalam analisis data adalah metode analisis kualitatif. Artinya analisis kualitatif dilakukan dengan memanfaatkan data (kualitatif) dari hasil observasi dan wawancara mendalam, dengan tujuan memberikan eksplanasi dan pemahaman yang lebih luas atas hasil data yang dikumpulkan. Dan kemudian peneliti melakukan langkah membandingkan atau mengkorelasikan hasil penelitian dengan teori yang telah ada. Hal itu dilakukan untuk mencari perbandingan atau hubungan antara hasil penelitian dengan teori yang telah ada.

K.    SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Dalam membahasa suatu penelitian diperlukan sistematika pembahasan yang bertujuan untuk memudahkan penelitian, langkah – langkah pembahasan sebagai berikut:
BAB I          :    Yaitu pendahuluan, pada bab ini terdiri atas enam sub bab antar lain  latar belakang masalah, rumusan masalah, maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, dan sistematika pembahasan.
BAB II        :    Yaitu kajian pembahasan,pada bab ini terdiri dari dua sub bab, sub bab pertama yaitu pembahasan teori dan sub bab kedua yakni hasil penelitian yang relevan.
BAB III       :    Yaitu metode penelitian pada bab ini terdiri dari enam sub bab yaitu pendekatan dan jenis penelitian, jenis dan sumber data, tahap – tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik keabsahan data.
BAB IV       :    Yaitu penyajian data, yang terdiri dari dua sub bab yakni yang pertama deskripsi umum obyek penelitian dan sub bab kedua deskripsi hasil penelitian.
BAB V        :    Yaitu Analisis data dari dua sub bab, yang pertama sub bab yang mengupas tentang temuan dan sub bab kedua berisi tentang konfirmasi temuan dengan teori.
BAB VI       :    Yaitu penutup yang terdiri dari kesimpulan yang ditutup dengan saran.

DAFTAR PUSTAKA

Bahtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1987
Berger, Arthur Asa, Tanda-tanda dalam Kebudayaan  Kontemporer, terjemahan oleh M. Dwi Mariyanto, Sunarto, Jogyakarta, Tiara Wacana Yogja: 2000
Hasan Bisri, Cik dan Rufaida, Eva, Model Penelitian Agama dan Dinamika Sosial Jakarta: Raja Gravindo Persada, 2002
Iqbal Hasan, M., Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Cet. 1, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002
Koencoroningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1981
Lexy, J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. 13 Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002
Lull, James, Media, Komunikasi dan Kebudayaan Jakarta, Yayasan Obor Indonesia :1998
Mulyana, Deddy, Komunikasi Antar Pribadi  Bandung, PT Remaja Rosda Karya:1990
Narbuko Cholid, & Achmadi, Abu, Metodologi Penelitian ,Jakarta, Bumi aksara, 1997
Nasution, S., Metode Research, Edisi 1 Bandung: Jemmars, 1982
Nazir, Moh., Metode Penelitian, Cet. IV Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999
Ritzer, George, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda Yogyakarta: Kanisius, 1992
Sobur, Alex, Semiotika Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya : 2004
Suprayogo, Imam dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001
Uchajana, Onong, Dinamika Komunikasi, Bandung, PT Remaja Rosda Karya: 1993

Tidak ada komentar:

Posting Komentar