BUDAYA
KOMUNIKASI MASYARAKAT MADURA
(Studi
pada komunitas Madura di desa Karang Geger Kecamatan Pajarakan
Kabupaten
Probolinggo)
A. LATAR BELAKANG
MASALAH
Manusia adalah makhluk individu
sekaligus makhluk sosial, manusia senantiasa berhubungan dengan manusia
lainnya, ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa
yang terjadi dalam dirinya, karena setiap orang yang hidup dalam masyarakat
sejak ia bangun tidur hingga ia tidur kembali, secara kodrati senantiasa
terlibat dalam komunikasi, terjadinya komunikasi adalah sebagai konsekuensi
hubungan sosial (Social Relations) masyarakat, paling
sedikit dua orang yang saling berhubungan satu sama lainnya yang menimbulkan
sebuah interaksi sosial (Social Interaction), terjadinya
interaksi sosial disebabkan interkomunikasi.[1]
Komunikasi sangat penting peranannya
bagi kehidupan sosial, budaya, politik dan pendidikan, karena komunikasi
merupakan proses dinamik transaksional yang mempengaruhi perilaku, yang mana
sumber dan penerimaannya sengaja menyandi (to code) perilaku
mereka untuk menghasilkan pesan yang mereka salurkan melalui suatu saluran (Channel)
guna merangsang atau memperoleh sikap atau perilaku tertentu sebagai konsekuensi
dari hubungan sosial[2]
Tampaknya tak dapat dihindari lagi
bahwa proses komunikasi ini sangat vital dan mendasar bagi komunikasi sosial,
dikatakan vital karena setiap individu memiliki kemampuan untuk berkomunikasi
dengan individu yang lainnya, dengan begitu menetapkan kredibilitasnya sebagai
seorang anggota masyarakat dan dikatakan mendasar karena manusia baik yang
primitif maupun yang modern berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan
mengenai berbagai hal aturan sosial komunikasi.
Oleh karena itu yang harus
ditekankan adalah bagaimana komunikasi bisa berjalan efektif dan efisien
sehingga pesan yang diterima, ditafsirkan sama antara komunikator dan
komunikan. Artinya komunikasi yang efektif, terjadi tidak hanya sekedar saat
seseorang telah melekatkan arti tertentu terhadap perilaku orang lain tetapi
juga pada persepsinya yang sesuai dengan pemberi pesan atau informasi.
Salah satu cara untuk menjamin hal
itu adalah dengan menghindarkan pesan yang tidak jelas atau tidak spesifik
serta dengan meningkatkan frekuensi umpan balik (feed back) guna
mengurangi tingkat ketidakpastian dan tanda tanya, yakni dengan cara memahami
bagaimana budaya komunikasi dari lawan bicara kita nantinya, sehingga salah
tafsir dari penyampaian pesan dapat dihindarkan meskipun mempunyai latar
belakang kehidupan yang hampir sama dengan kita.
Bertahun – tahun lalu Raymond
Williams (1962) secara ringkas dan tegas mendefinisikan Budaya sebagai” suatu
cara hidup tertentu” yang dibentuk oleh nilai, tradisi, kepercayaan, obyek
material dan wilayah (territory),[3]
Budaya adalah suatu ekologi yang kompleks dan dinamis dari orang, benda,
pandangan tentang dunia, kegiatan dan latar belakang (setting) yang secara
fundamental bertahan lama tetapi juga berubah dalam komunikasi dan interaksi
sosial yang rutin, budaya adalah konteks.
Budaya adalah cara kita berbicara
dan berpakaian, makanan yang kita makan dan cara kita menyiapkannya dan
mengkonsumsinya, dewa-dewa yang kita ciptakan dan cara kita memujanya, cara
kita membagi waktu dan ruang, cara kita menari, nilai-nilai yang kita
sosialisasikan kepada anak-anak kita dan semua detail lainnya yang membentuk
kehidupan sehari-hari.
Perspektif tentang budaya ini
mengimplikasikan bahwa tak ada budaya yang secara inheren lebih unggul dari
budaya yang lainnya dan bahwa kekayaan budaya tidak ada kaitannya sama sekali
dengan status ekonomi, budaya sebagai kehidupan sehari-hari merupakan idea yang
tetap demokratis.[4]
Hal inilah yang memotivasi peneliti
untuk mengkaji bagaimana cara atau praktek komunikasi dalam masyarakat Madura
khususnya Di Desa Karang Geger dari segi bahasa, baik bahasa Verbal maupun
Nonverbal, yang biasanya dilakukan antara komunikator dan komunikan yang
berlatar belakang kebudayaan sama, namun berbeda dengan masyarakat Madura pada
umumnya, yang terkesan kasar dan bernada tinggi, masyarakat Madura di Desa
Karang Geger kec. pajarakan, Kab. Probolinggo terkesan Sopan, Ramah, Lemah
lembut bahkan sebagian besar dari mereka mampu berbahasa Jawa krama yang
mungkin belum tentu orang jawa lakukan, hal inilah yang menarik perhatian peneliti
untuk mengkaji hal ini.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah tersebut
di atas, maka penelitian ini berusaha menjawab permasalahan sebagai berikut :
1.
Bagaimana budaya komunikasi masyarakat Madura khususnya di Desa Karang Geger
Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo dari segi penggunaan bahasa ?
2.
Simbol-simbol komunikasi apa yang digunakan masyarakat Madura khususnya di Desa
Karang Geger Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo dalam proses komunikasi?
C. MAKSUD DAN TUJUAN
PENELITIAN
Bertitik tolak pada rumusan masalah di atas, maka
maksud dan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui Budaya Komunikasi masyarakat Madura khususnya di Desa Karang
Geger Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo dari segi penggunaan bahasa
- Untuk memahami simbol-simbol komunikasi yang digunakan masyarakat Madura khususnya di Desa Karang Geger Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo dalam proses komunikasi yang biasa mereka gunakan sehari-hari.
D. KEGUNAAN
PENELITIAN
Adapun kegunaan dari penelitian ini diharapkan berdaya guna
sebagai berikut:
a. Secara teoritis
1. Hasil Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu Komunikasi,
khususnya komunikasi budaya.
2. Diharapkan dapat memperkaya
kajian budaya khususnya di bidang komunikasi dalam Masyarakat Madura
b. Secara Praktis
1. Hasil Penelitian ini
diharapkan dapat di jadikan salah satu informasi dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan khususnya komunikasi budaya yang ada hubungannya dengan Program
Studi Komunikasi.
2. Untuk membantu masyarakat
demi menghindari kesalahpahaman persepsi dari sebuah pesan yang disampaikan
komunikan yang berbeda Budaya atau bahkan sama dengan kita.
3. Untuk memenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar strata satu (S1) pada Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel
Surabaya
E. DEFINISI
KONSEP
Konsep adalah unsur pokok daripada penelitian [5].
Kalau masalahnya dan kerangka teoritisnya sudah jelas, biasanya sudah diketahui
pula fakta mengenai gejala – gejala yang menjadi pokok penelitian dan suatu
konsep sebenarnya adalah definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau
gejala itu.
Sehubungan dengan hal di atas , maka
dalam pembahasan perlulah kiranya peneliti membatasi dari sejumlah konsep yang
diajukan dalam penelitian dalam judul skripsi ini Budaya Komunikasi
masyarakat Madura (Studi pada komunitas Madura di desa Karang Geger kecamatan
Pajarakan Kabupaten Probolinggo) adalah yang mempunyai konsep – konsep antara
lain :
·
Budaya Komunikasi
Budaya dan komunikasi merupakan dua konsep yang tidak dapat
dipisahkan. Pusat perhatian budaya dan komunikasi terletak pada Variasi langkah
dan cara manusia berkomunikasi melintasi komunitas manusia atau kelompok
sosial. Pelintasan komunikasi ini menggunakan kode – kode pesan, baik secara
verbal maupun nonverbal, yang secara alamiah selalu digunakan dalam konteks
interaksi. Dalam hal ini juga meliputi bagaimana menjajaki makna, pola- pola
tindakan dan bagaimana makna serta pola – pola itu di artikulasi dalam sebuah
kelompok sosial, kelompok budaya, kelompok politik, proses pendidikan bahkan
lingkungan teknologi yang melibatkan interaksi antar manusia.
·
Masyarakat Madura
Dalam penelitian ini masyarakat Madura adalah masyarakat
yang tinggal dan hidup di Desa Karang Geger kecamatan Pajarakan kabupaten
Probolinggo, Di mana dalam kehidupan sehari-hari menggunakan bahasa madura
dalam berkomunikasi serta memiliki keturunan orang madura asli yang berasal
dari Pulau madura meskipun mereka tidak dilahirkan di madura,
Dalam hal ini masyarakat Madura Dalam berkomunikasi sangat
dipengaruhi oleh tradisi mereka yang sangat khas, mulai dari logat bahasa, cara
mereka bertutur kata, menyampaikan pesan yang ada dalam pikiran mereka sampai
pada pengungkapan atau pengekspresian perasaan mereka. Pada umumnya masyarakat
Madura dalam pengungkapan perasaan dan pola pikir mereka akan suatu hal
cenderung tidak pakai basa basi, langsung pada pembicaraan utama, hal ini
dikarenakan masyarakat Madura lebih menghargai waktu daripada kemasan pesan
yang akan disampaikan. Namun berbeda dengan komunitas madura yang ada di desa
karang Geger. Yang lebih menghargai lawan bicara mereka sehingga mereka berusaha
semaksimal mungkin memperhalus kemasan pesan mereka agar tidak sampai
menyinggung perasaan lawan bicaranya. Meskipun mereka tidak perlu merangkai
kata-kata yang indah, tapi enak di dengar, mereka lebih mengutamakan inti
pesan, agar pesan tersebut bisa dengan mudah dipahami oleh lawan bicaranya.
Kadang kala komunitas madura terlihat sangat emosional dengan nada bicara yang
agak keras, meskipun pesan yang disampaikan mempunyai makna atau arti yang
biasa (tidak marah), dan itu merupakan kebiasaan masyarakat Madura pada umumnya
namun tidak dengan komunitas madura di Karang Geger. Dalam berinteraksi dengan
sesama maupun dengan orang di luar komunitas Madura mereka tetap meggunakan
bahasa yang halus walaupun kebiasaan bicara dengan nada tinggi masih tetap saja
melekat yang sudah menjadi ciri khas orang Madura sehingga orang yang diajak
bicara harus paham makna pesan yang disampaikan agar tidak terjadi
kesalahpahaman.
F.
KERANGKA TEORITIK
Dalam penelitian ini menggunakan kerangka pemikiran yakni
teori Interaksi Simbolik milik Herbert Blumer, kerangka pemikiran ini mempunyai
pengaruh yang sangat besar dalam penelitian ini, karena di dalamnya memiliki
tendensi-tendensi pemikiran yang kuat untuk menganalisis penelitian ini untuk
lebih jelasnya, akan kami bahas mengenai kerangka pemikiran tersebut,
sebagai berikut:
Teori Interaksi Simbolik
Istilah interaksi simbolik diciptakan oleh Herbert Blumer
pada tahun 1937 dan dipopulerkan oleh Blumer juga,[6]
meskipun sebenarnya Mead-lah yang paling popular sebagai peletak dasar teori
tersebut.
Esensi dari teori Interaksi simbolik adalah suatu
aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau
pertukaran simbol yang diberi makna Blumer mengkonseptualisasikan manusia
sebagai pencipta atau pembentuk kembali lingkungannya, sebagai perancang dunia
obyeknya dalam aliran tindakannya, alih–alih sekedar merespons pengharapan
kelompok.
Perspektif interaksionisme simbolik berusaha memahami perilaku
manusia dari sudut pandang subyek, perspektif ini menyarankan bahwa perilaku
manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan
mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan keberadaan orang lain yang
menjadi mitra interaksi mereka.
Definisi yang mereka berikan kepada orang lain,
situasi, obyek dan bahkan pada diri mereka sendiri yang menentukan perilaku
mereka. Perilaku mereka tidak dapat digolongkan sebagai kebutuhan, dorongan
impuls, tuntutan budaya atau tuntutan peran, manusia bertindak hanya
berdasarkan pada definisi atau penafsiran mereka atas obyek-obyek di sekeliling
mereka.
Dalam pandangan interaksi simbolik, sebagaimana ditegaskan
Blumer proses sosial dalam kehidupan kelompoklah yang menciptakan dan
menegakkan kehidupan kelompok, dalam konteks ini, maka makna
dikontruksikan dalam proses interaksi dan proses tersebut bukanlah suatu medium
netral yang memungkinkan kekuatan-kekuatan sosial memainkan peranannya,
melainkan justru merupakan substansi sebenarnya dari organisasi sosial
dan kekuatan sosial.
Bagi penganut interaksi simbolik memungkinkan mereka
menghindari problem-problem struktulisme dan idealisme dan mengemudikan jalan
tengah dari problem tersebut.
Menurut teori Interaksi simbolik, kehidupan sosial pada
dasarnya adalah interaksi manusia yang menggunakan simbol-simbol, mereka
tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang merepresentasikan apa
yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Dan juga pengaruh
yang ditimbulkan dari penafsiran simbol-simbol tersebut terhadap perilaku
pihak-pihak yang terlihat dalam interaksi sosial.[7]
Penganut interaksi simbolik berpandangan, perilaku manusia
pada dasarnya adalah produk dari interpretasi mereka atas dunia dari sekeliling
mereka jadi tidak mengakui bahwa perilaku itu dipelajari atau ditentukan
sebagaimana dianut teori Behavioristik atau teori struktural.
Secara ringkas Teori Interaksionisme simbolik didasarkan
pada premis-premis berikut,[8]
pertama individu merespons suatu situasi simbolik, mereka merespon
lingkungan termasuk obyek fisik (benda) dan Obyek sosial (perilaku
manusia) berdasarkan media yang dikandung komponen-komponen
lingkungan tersebut bagi mereka.
Kedua, makna
adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melihat pada obyek,
melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa, negosiasi itu dimungkinkan
karena manusia mampu mewarnai segala sesuatu bukan hanya obyek fisik, tindakan
atau peristiwa (bahkan tanpa kehadiran obyek fisik, tindakan atau peristiwa
itu) namun juga gagasan yang abstrak.
Ketiga, makna yang
interpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan
perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial, perubahan interpretasi
dimungkinkan karena individu dapat melakukan proses mental, yakni berkomunikasi
dengan dirinya sendiri.
G.
METODE PENELITIAN
Skripsi ini tersusun dengan kelengkapan
ilmiah yang disebut sebagai metode penelitian, yaitu cara kerja penelitian
sesuai dengan cabang – cabang ilmu yang menjadi sasaran atau obyeknya.[9]
Cara kerja tersebut merupakan pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis
dan logis dalam upaya pencarian data yang berkenaan dengan masalah-masalah
penelitian guna diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya
dicarikan solusinya.[10]
Metode dalam suatu penelitian
merupakan upaya agar penelitian tidak diragukan bobot kualitasnya dan dapat
dipertanggungjawabkan validitasnya secara ilmiah. Untuk itu dalam bagian ini
memberi tempat khusus tentang apa dan bagaimana pendekatan dan jenis
penelitian, Obyek penelitian, jenis dan sumber data, tahapan penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik keabsahan data.
a.
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini, menggunakan pendekatan
fenomenologi. Alfred Schutz sebagai salah satu tokoh teori ini berpendirian
bahwa tindakan manusia menjadi suatu hubungan sosial bila manusia memberi arti
atau makna tertentu terhadap tindakannya itu, dan manusia lain memahami pula
tindakannya itu sebagai sesuatu yang penuh arti.[11]
Ada empat unsur pokok dari teori ini
yakni: pertama, perhatian terhadap aktor. Kedua, memusatkan
pada pernyataan yang penting atau yang pokok dan kepada sikap yang wajar atau
alamiah (natural attitude). Ketiga, memusatkan perhatian
terhadap masalah mikro. Keempat, memperhatikan pertumbuhan,
perubahan dan proses tindakan dalam dinamika agama, sosial dan budaya
masyarakat urban
Namun penelitian ini juga
menggunakan pendekatan etnografis, yang mencoba melakukan pengumpulan,
penggolongan (pengklasifikasian) dan penganalisaan terhadap budaya komunikasi
masyarakat madura.
Sedangkan jenis penelitian
ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan berdasarkan pada : data yang
muncul berwujud kata – kata dan bukan rangkaian angka. Serta dengan metode
penelitian deskriptif artinya melukiskan variabel demi variabel, satu demi
satu. Metode penelitian deskriptif bertujuan untuk :
1.
Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada.
2.
Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang
berlaku.
3.
Membuat perbandingan atau evaluasi.
4.
Menentukan apa yang dilakukan dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar
dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang
akan datang.[12]
Dengan demikian, metode deskriptif
ini digunakan untuk menggambarkan secara sistematis dan mendalam fakta atau
karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, dalam hal ini kajian
budaya komunikasi, secara aktual dan cermat.
Metode deskriptif pada
hakekatnya adalah mencari teori, bukan menguji teori. Metode ini menitik beratkan
pada observasi dan suasana alamiah. Peneliti bertindak sebagai pengamat. Ia
hanya membuat kategori pelaku, mengamati gejala dan mencatatnya dalam buku
observasi. Dengan suasana alamiah berarti peneliti terjun ke lapangan. Ia tidak
berusaha memanipulasi variabel karena kehadirannya mungkin mempengaruhi gejala,
peneliti harus berusaha memperkecil pengaruh tersebut.[13]
3.
Sedangkan metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif yaitu melakukan analisis terhadap Budaya komunikasi Masyarakat
Madura studi di Desa Karang Geger Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo
dari segi penggunaan bahasa serta Simbol – simbol yang digunakan masyarakat
Madura studi di Desa Karang Geger Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo
dalam proses komunikasi
Penelitian kualitatif biasanya
menekankan observatif partisipatif, wawancara mendalam dan dokumentasi.[14]
Maka dalam penelitian ini, peneliti menekankan pada observasi dan wawancara
mendalam dalam menggali data bagi proses validitas penelitian ini, tetapi tetap
menggunakan dokumentasi.
Melihat konsepsi penelitian di atas,
maka sudah sesuai dengan konteks permasalahan yang diangkat dalam penelitian
ini. Karena dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui Budaya komunikasi
Masyarakat Madura studi di Desa Karang Geger Kecamatan Pajarakan Kabupaten
Probolinggo dari segi penggunaan bahasa serta bagaimana orang Madura
mengkomunikasikan diri mereka melalui Bahasa Verbal dan Non Verbal.
Setelah mendapatkan data atau
informasi yang dimaksud, maka langkah selanjutnya yang ditempuh oleh peneliti
yaitu menggambarkan informasi atau data tersebut secara sistematis untuk
kemudian di analisis dengan menggunakan perbandingan dan perpaduan dengan teori
yang sudah ada.
b.
Obyek Penelitian
Wilayah penelitian yang dijadikan
obyek atau sasaran dalam penelitian ini. Sebagaimana dijelaskan dalam
konseptualisasi penelitian yaitu Budaya Komunikasi serta simbol – simbol yang
digunakan dalam proses komunikasi Masyarakat madura studi di Desa Karang Geger
Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo, Alasan dipilihnya desa ini adalah
karena komunitasnya masih kuat mempertahankan identitas kulturalnya melalui
berbagai ritualitas, meskipun mereka tidak tinggal di madura. Kuatnya identitas
kultural tersebut diperkuat dengan masih mentradisinya bentuk – bentuk folklor
dalam realitas kehidupan sehari – hari. Dengan memiliki aksesbilitas yang lebih
terbuka serta kondisi sosial ekonomi rendah dan mempunyai tingkat mobilitas
yang tinggi.
c.
Jenis dan Sumber data
Jenis data dalam penelitian ini
dibagi dalam bentuk kata-kata dan tindakan serta sumber data yang tertulis.[15]
Sedangkan sumber data dalam penelitian ini, disesuaikan dengan apa yang di
konsepsikan oleh Lofland dan Lofland (1984: 47), bahwa sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain.[16]
Berikut ini akan peneliti jelaskan mengenai jenis-jenis data yang berbentuk
kata-kata dan tindakan serta sumber data yang tertulis.
1. Kata-kata dan Tindakan
Kata-kata dan tindakan yang diamati
atau diwawancarai merupakan sumber utama. Sumber data utama dicatat melalui
cacatan tertulis atau melalui perekaman video / audio tapes, pengambilan
foto atau film.[17]
Dalam upaya mengumpulkan sumber data
yang berupa kata-kata dan tindakan dengan menggunakan alat (instrumen)
penelitian seperti tersebut di atas merupakan konsep yang ideal, tetapi dalam
konteks ini, ketika peneliti melakukan proses wawancara dalam upaya menggali
data atau informasi yang berkaitan dengan penelitian ini, peneliti hanya
menggunakan alat bantu yang berupa referensi sebagai pisau bedah di lapangan
dan buku tulis serta bolpoint untuk mencatat informasi yang disampaikan oleh
informan yakni tokoh – tokoh masyarakat dan ketua adat yang sering mereka
sebut kyai dalam komunitas Madura yang cukup berpengaruh.
2.
Sumber Tertulis
Sumber tertulis dapat dikatakan
sebagai sumber kedua yang berasal dari luar sumber kata-kata dan tindakan.
Dilihat dari sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis
dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen
pribadi dan dokumen resmi.[18]
Dalam konteks ini, upaya untuk
menggali data informasi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, peneliti
mencari sumber data tertulis untuk memperkuat hasil penelitian. Dalam hal ini
peneliti mendapatkan sumber data tertulis berupa buku yang berkaitan dengan
kajian Budaya komunikasi Masyarakat madura serta Buku Desa Karang Geger
Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo dalam angka dan berbagai buku
penunjang lainnya..
d.
Tahap-Tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian yang
digunakan peneliti dalam penelitian ini ada dua, yaitu:
- Tahap Pra Lapangan
i. Menyusun Rancangan Penelitian[19]
Dalam konteks ini, peneliti terlebih
dahulu membuat rumusan permasalahan yang akan dijadikan obyek penelitian, untuk
kemudian membuat matrik usulan judul penelitian sebelum melaksanakan penelitian
hingga membuat proposal penelitian.
ii. Memilih Lapangan Penelitian
Cara terbaik yang perlu ditempuh
dalam penentuan lapangan penelitian ialah dengan jalan mempertimbangkan teori
substantif, pergilah dan jajakilah lapangan untuk melihat apakah terdapat kesesuaian
dengan kenyataan yang berada di lapangan.[20]
iii. Mengurus Perizinan
Setelah membuat usulan penelitian
dalam bentuk proposal, peneliti mengurus izin kepada atasan peneliti sendiri,
ketua jurusan, dekan fakultas, kepala instansi seperti pusat dan lain-lain.[21]
- Tahap Orientasi
Pada tahap ini, peneliti akan mengadakan pengumpulan data
secara umum, melakukan observasi dan wawancara mendalam untuk memperoleh
informasi luas mengenai hal-hal yang umum dari obyek penelitian. Informasi dari
sejumlah responden di analisis untuk memperoleh hal-hal yang menonjol, menarik,
penting dan berguna bagi penelitian selanjutnya secara mendalam. Informasi
seperti itulah yang selanjutnya digunakan sebagai fokus penelitian.[22]
3.
Tahap Eksplorasi
Pada tahap ini, fokus penelitian lebih jelas sehingga dapat
dikumpulkan data yang lebih terarah dan spesifik. Observasi ditujukan pada
hal-hal yang dianggap ada hubungannya dengan fokus. Wawancara lebih berstruktur
dan mendalam (dept interview) sehingga informasi yang mendalam dan bermakna
dapat diperoleh.[23]
H. TEHNIK
PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data adalah suatu proses
pengadaan data primer untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data adalah
langkah yang amat penting dalam metode ilmiah, karena pada umumnya data yang
dikumpulkan digunakan untuk menguji hipotesa yang sudah dirumuskan.[24]
Dalam penelitian ini, pengumpulan
data akan dilakukan langsung oleh peneliti dalam situasi yang sesungguhnya.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yang digunakan adalah data
dokumentasi, wawancara mendalam yang berhubungan dengan data yang diperlukan
dan observasi.
- Dokumentasi
Penggunaan data dokumentasi dalam
penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan
data-data tentang berbagai hal yang berhubungan dengan Budaya komunikasi
masyarakat madura khususnya di Desa Karang Geger Kecamatan Pajarakan Kabupaten
Probolinggo dari segi penggunaan bahasa serta Latar belakang penggunaan Bahasa
tersebut Seperti peta wilayah, foto-foto dokumenter aktivitas masyarakat madura
khususnya di desa Karang Geger. Teknik dokumentasi ini juga digunakan untuk
mendapatkan informasi dan data-data sekunder yang berhubungan dengan fokus
penelitian.
- Wawancara
Sedangkan penggunaan wawancara
mendalam (dept interview) dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan
data primer dari subyek penelitian dengan cara wawancara mendalam yang tidak
berstruktur, dengan pertimbangan supaya dapat berkembang sesuai dengan
kepentingan penelitian.
3.
Observasi
Metode ini menggunakan pengamatan
atau penginderaan langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi, proses atau
perilaku. Pengumpulan data dengan menggunakan alat indera dan diikuti dengan
pencatatan secara sistematis terhadap gejala-gejala/fenomena yang diteliti.[25]
Observasi dilakukan bila belum
banyak keterangan yang dimiliki tentang masalah yang diselidiki. Dari hasil
observasi, dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang masalahnya dan
mungkin petunjuk-petunjuk tentang cara memecahkan.[26]
Penggunaan metode observasi dalam
penelitian ini, sesuai yang di kemukakan oleh Blak dan Champion (1999:
286-287), antara lain: pertama, untuk mengamati fenomena
sosial-keagamaan sebagai peristiwa aktual yang memungkinkan peneliti memandang
fenomena tersebut sebagai proses; kedua, untuk menyajikan kembali
gambaran dari fenomena sosial-keagamaan dalam laporan penelitian dan
penyajiannya; dan ketiga, untuk melakukan eksplorasi atas setting
sosial di mana fenomena itu terjadi. Sementara H.B. Sutopo (1997:10-11), mengemukakan
bahwa teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang
berupa peristiwa, tempat, lokasi dan benda serta rekaman gambar. Observasi
dapat dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Observasi langsung
dapat mengambil peran maupun tidak berperan. Spradley (1980), menjelaskan bahwa
peran peneliti dalam metode observasi dapat dibagi menjadi: (1). Tak berperan
sama sekali, (2). Berperan aktif, (3). Berperan pasif, dan (4). Berperan penuh,
dalam arti peneliti benar-benar menjadi warga atau anggota kelompok yang sedang
diamati.[27]
I.
TEHNIK ANALISIS DATA
Definisi analisis data, banyak
dikemukakan oleh para ahli metodologi penelitian. Berikut ini adalah definisi
analisis data yang dikemukakan oleh para ahli metodologi penelitian tersebut,
yang terdiri dari :
1.
Menurut Bogdan dan Taylor (1971), analisis data adalah proses yang merinci
usaha formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti
yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema
dan hipotesa itu.
2.
Menurut Lexy J. Moleong (2002), analisis data adalah proses mengorganisasikan
dari mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga
dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data.
Dari pengertian di atas, dapat
diambil kesimpulan bahwa, analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan,
pengelompokan, sistematisasi, penafsiran, dan verifikasi data agar sebuah
fenomena memiliki nilai sosial, akademik dan ilmiah.[28]
Analisis data penelitian bersifat
berkelanjutan dan dikembangkan sepanjang program. Analisis data dilaksanakan
mulai penetapan masalah, pengumpulan data dan setelah data terkumpulkan.
Dengan menetapkan masalah penelitian, peneliti sudah melakukan analisis
terhadap permasalahan tersebut dalam berbagai perspektif teori dan metode yang
digunakan yakni metode alir. Analisis dalam penelitian ini terdiri dari tiga
alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan (Matthew B.Miles dan A
Michael Huberman,1992: 16 – 17).Tahap analisis data dalam penelitian kualitatif
secara umum di mulai sejak pengumpulan data 1) reduksi data,yang diartikan
sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan – catatan
tertulis di lapangan; 2) penyajian data (display data) dilakukan dengan
menggunakan bentuk teks naratif dan 3) penarikan kesimpulan serta verifikasi.[29]
Teknik analisis data dalam
penelitian ini, dilakukan setelah data-data diperoleh melalui teknik wawancara
mendalam dan observasi. Kemudian data-data tersebut, di analisis secara saling
berhubungan untuk mendapatkan dugaan sementara, yang dipakai dasar untuk
mengumpulkan data berikutnya, lalu dikonfirmasikan dengan informan secara terus
menerus secara triangulasi.
J.
TEHNIK KEABSAHAN DATA
Teknik keabsahan data yang digunakan
dalam penelitian ini, seperti yang dirumuskan ada tiga macam yaitu, antara lain
:
1.
Perpanjangan Keikutsertaan
Keikutsertaan peneliti sangat
menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan
dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada
latar penelitian.[30]
Dalam konteks ini, dalam upaya menggali data atau informasi yang berkaitan
dengan permasalahan penelitian, peneliti selalu ikut serta dengan informan
utama dalam upaya menggali informasi yang berkaitan dengan fokus penelitian.
Misalnya peneliti selalu bersama informan utama dalam melihat lokasi
penelitian.
2.
Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan dilakukan
dengan maksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan
atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut
secara rinci.[31]
Dalam konteks ini, sebelum mengambil
pembahasan penelitian, peneliti telah melakukan pengamatan terlebih dahulu
secara tekun dalam upaya menggali data atau informasi untuk di jadikan obyek
penelitian dalam rangka memenuhi persyaratan untuk meraih gelar S-1, yang pada
akhirnya peneliti menemukan permasalahan yang menarik untuk dibedah, yaitu
masalah Budaya komunikasi Masyarakat madura khususnya di Desa Karang Geger
Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo dari segi penggunaan bahasa serta
simbol-simbol yang mereka gunakan dalam berkomunikasi
Triangulasi
Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzin
(1978), membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang
memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyedik dan teori.[32]
Validitas dan objektivitas
merupakan persoalan fundamental dalam kegiatan ilmiah. Agar data yang
diperoleh peneliti memiliki validitas dan objektivitas yang tinggi,
diperlukan beberapa persyaratan yang diperlukan. Berikut ini akan peneliti
kemukakan metode yang digunakan untuk meningkatkan validitas dan
objektivitas suatu penelitian, terutama dalam penelitian
kualitatif. Robert K. Yin (1996), mensyaratkan adanya validitas design
penelitian. Untuk itu, Paton (1984), menyarankan diterapkan teknik triangulasi
sebagai validitas design penelitian. Adapun teknik triangulasi yang
peneliti pakai dalam penelitian ini adalah triangulasi data atau triangulasi
sumber. Sebagaimana dikemukakan Yin, triangulasi data dimaksudkan agar dalam
pengumpulan data, peneliti menggunakan multi sumber data. [33]
Dalam konteks ini, upaya yang
dilakukan oleh peneliti dalam pengecekan data yaitu dengan menggunakan sumber
data dalam pengecekan data yaitu dengan menggunakan sumber data dalam
penggaliannya, baik itu sumber data primer yang berupa hasil wawancara maupun
sumber data sekunder yang berupa buku, majalah dan dokumen lainnya. Sedangkan
metode atau cara yang digunakan dalam analisis data adalah metode analisis
kualitatif. Artinya analisis kualitatif dilakukan dengan memanfaatkan data
(kualitatif) dari hasil observasi dan wawancara mendalam, dengan tujuan
memberikan eksplanasi dan pemahaman yang lebih luas atas hasil data yang
dikumpulkan. Dan kemudian peneliti melakukan langkah membandingkan atau
mengkorelasikan hasil penelitian dengan teori yang telah ada. Hal itu dilakukan
untuk mencari perbandingan atau hubungan antara hasil penelitian dengan teori
yang telah ada.
K. SISTEMATIKA
PEMBAHASAN
Dalam membahasa suatu penelitian
diperlukan sistematika pembahasan yang bertujuan untuk memudahkan penelitian,
langkah – langkah pembahasan sebagai berikut:
BAB
I :
Yaitu pendahuluan, pada bab ini terdiri atas enam sub bab antar lain
latar belakang masalah, rumusan masalah, maksud dan tujuan penelitian, manfaat
penelitian, definisi konsep, dan sistematika pembahasan.
BAB
II : Yaitu kajian
pembahasan,pada bab ini terdiri dari dua sub bab, sub bab pertama yaitu
pembahasan teori dan sub bab kedua yakni hasil penelitian yang relevan.
BAB
III : Yaitu metode
penelitian pada bab ini terdiri dari enam sub bab yaitu pendekatan dan jenis
penelitian, jenis dan sumber data, tahap – tahap penelitian, teknik pengumpulan
data, teknik analisis data dan teknik keabsahan data.
BAB
IV : Yaitu penyajian
data, yang terdiri dari dua sub bab yakni yang pertama deskripsi umum obyek
penelitian dan sub bab kedua deskripsi hasil penelitian.
BAB
V : Yaitu Analisis
data dari dua sub bab, yang pertama sub bab yang mengupas tentang temuan dan
sub bab kedua berisi tentang konfirmasi temuan dengan teori.
BAB
VI : Yaitu penutup yang
terdiri dari kesimpulan yang ditutup dengan saran.
DAFTAR
PUSTAKA
Bahtiar, Wardi, Metodologi
Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1987
Berger, Arthur Asa, Tanda-tanda
dalam Kebudayaan Kontemporer, terjemahan oleh M. Dwi Mariyanto,
Sunarto, Jogyakarta, Tiara Wacana Yogja: 2000
Hasan Bisri, Cik dan Rufaida, Eva, Model
Penelitian Agama dan Dinamika Sosial Jakarta: Raja Gravindo Persada, 2002
Iqbal Hasan, M., Pokok-pokok
Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Cet. 1, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2002
Koencoroningrat, Metode-Metode
Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1981
Lexy, J. Moleong, Metodologi
Penelitian Kualitatif, Cet. 13 Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002
Lull, James, Media, Komunikasi
dan Kebudayaan Jakarta, Yayasan Obor Indonesia :1998
Mulyana, Deddy, Komunikasi Antar
Pribadi Bandung, PT Remaja Rosda Karya:1990
Narbuko Cholid, & Achmadi, Abu, Metodologi
Penelitian ,Jakarta, Bumi aksara, 1997
Nasution, S., Metode Research,
Edisi 1 Bandung: Jemmars, 1982
Nazir, Moh., Metode Penelitian,
Cet. IV Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999
Ritzer, George, Sosiologi Ilmu
Pengetahuan Berparadigma Ganda Yogyakarta: Kanisius, 1992
Sobur, Alex, Semiotika
Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya : 2004
Suprayogo, Imam dan Tobroni, Metodologi
Penelitian Sosial-Agama Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001
Uchajana, Onong, Dinamika
Komunikasi, Bandung, PT Remaja Rosda Karya: 1993
Tidak ada komentar:
Posting Komentar