BAB I
Latar Belakang
Sejak dahulu kala manusia telah memakai doping untuk
menambah kekuatan badan dan meningkatkan keberanian. Misalnya penduduk Indian
di Amerika Tengah dan beberapa suku di Afrika, mereka memakan zat-zat dari
tumbuh-tumbuhan liar tertentu atau memakan madu sebelum menghadapi suatu
perjalanan jauh, berburu atau berperang. Pada Perang Dunia II banyak digunakan
pil-pil Amphetamine untuk melawan rasa letih dan mengantuk. Istilah dope
pertama kali timbul pada tahun 1889 pada suatu perlombaan balap kuda di Inggris
sedangkan kata dope itu sendiri berasal dari salah satu suku bangsa di Afrika
Tengah. Sejarah doping dalam olahraga dimulai kurang lebih pada abad 19 pada
olahraga renang, tetapi yang paling sering dijumpai pemakaian doping ini adalah
pada olahraga balap sepeda. Pada waktu itu zat-zat yang populer dipakai adalah
caffeine, gula dilarutkan dalam ether, minuman-minuman yang mengandung alkohol,
nitroglycerine, heroin dan cocain.
Doping adalah penggunaan obat terlarang atau subtan
lainnya secara illegal untuk meningkatkan pretasi atlet. Banyak tilikan
mengenai doping ini. Seseorang dapat menelaahnya dari aspek farmakologis,
psikologis, psikologis-pedagogis. Kesemua tilikan ini penting namun yang lebih
penting lagi adalah pemahaman dari perspektif etika. Doping atau pemakaian
obat-obatan untuk menaikkan performa atlet secara tidak sportif atau alami,
sangat diharamkan dalam olahraga. Tindakan ini menodai nilai-nilai luhur
olahraga yaitu kejujuran, sportifitas, dan keadilan. Sportifitas ini begitu
luhur dalam konteks pembinaan olahraga, kompetisi dan pencapaian prestasi.
Dapat dibayangkan apa yang terjadi, apabila fairness atu sportifitas tidak
dapat ditegakkan dalam olahraga tanpa sportifitas maka suatu kompetisi tidak
akan terkendali. Namun spostifitas bukan soal kepatuhan, karena perilaku
sportif harus dipahami mengapa dan bagaimana berperilaku sportif dalam
olahraga. Salah satu akibat penggunaan obat terlarang dalam olahraga adalah
merosotnya kepercayaan terhadap hasil yangdicapai dalam suatu kompetisi.
Kepercayaan itu bukan persoalan emosi tetapi kelangsungan fungsi yang menjadi
dasar bagi kepercayaan yang mendalam, dibalik persoalan itu terdapat asumsi
yang percaya bahwa terdapat satu peluang yang sama bagi semua orang untuk
berprestasi.
Batasan Masalah
1.Penyalahgunaan Obat Terlarang
Banyak sekali jenis obat-obatan yang mengandung zat ang
tergolong dalam doping, sehingga perlu bagi para atlet dan dokter tim untuk
mengetahuinya. Untuk tahu mana obat-obatan yang terlarang dan mana yang tidak,
memang tidak mudah. Sebab, obat-obatan yang mengandung zat terlarang tak cuma
satu-dua jumlahnya. Jumlahnya banyak, zat doping itu bukan tidak mungkin
terminum atlet secara tidak sengaja. Substansi yang masuk obat terlarang itu
dapat berasal dari anabolik steroid, amphetamine, kemudian corticosteroids,
peptide-hormones dan analognya, chorionic gonadotrophin, cocaine,
stimulans, dan narkotic analgesic. Untuk jenis anabolik steroid banyak
digunakan orang yang ingin membentuk tubuh menjadi kekar dan berotot.
2. Pengertian Anabolik Streroid
Jenis anabolik ini termasuk dalam anabolic androgenic
steroids (AAS) yang salah satu contohnya adalah testosteron dan zat yang
memiliki struktur yang mirip testosterone. Anabolik Streroid merupakan nama
yang lazim untuk substan sintesis yang berkaitan dengan hormon seks pria
(androgen).
BAB II
Pembahasan
A.Pengertian Doping
Substan itu
bermanfaat untuk menumbuhkan otot (efek anabolik) dan perkembangan
karakteristik jenis kelamin laki-laki (efek androgenic), dan juga beberapa
pengaruh lainnya. Penggunaannya juga menyebabkan peningkatan agresivitas
pemakainya. Penggunaan testosteron dilarang, adanya rasio testosteron (T) dan
epitestosteron lebih dari 6 : 1 dikatakan positif doping. Anabolik Steroid
dikembangkan pada akhir tahun 1930-an terutama untuk menangani hygonadims,
sebuah kondisi yakni buah jakar tidak menghasilkan testosterone yang cukup
untuk pertumbuhan normal, perkembangan, dan berfungsinya seksual. Substan ini
dipakai untuk mengobati pubertas yang tertunda, beberapa tipe impotent, atau
untuk menangani penyakit karena infeksi HIV atau penyakit lainnya. Selama tahun
1930-an para ilmuan menemukan bahwa anabolic streroid dapat memperlancar
pertumbuhan otot. Berdasarkan khasiat inilah maka para atlet binaraga dan
angkat besi menggunakannya dan kemudian oleh atlet cabang olahraga lainnya.
Penyalah gunaan anabolic streroid begitu meluas di lingkungan olahraga karena
berpengaruh untuk meningkatkan prestasi.
Zat doping lain yang digunakan biasanya oleh
pemanah dan penembak dengan tujuan meningkatkan ketenangan, mengurangi tangan
gemetar, menurunkan denyut jantung agar lebih mudah berkonsentrasi adalah obat
yang tergolong betablocker. Obat ini digunakan dokter untuk mengobati penyakit
jantung, yaitu mengurangi palpitation (jantung berdebar) dan menurunkan tekanan
darah (penderita penyakit jantung akibat tekanan darah tinggi). Hal yang sering
terjadi pada atlet wanita adalah pemakaian obat analgesic. Tujuannya jelas
bahwa itu sebagai penghilang rasa sakit ketika haid menjelang. Tetapi,
dampaknya jika salah memilih obat bisa mengakibatkan sulit bernapas. mual,
kehilangan konsentrasi, dan mungkin menimbulkan adiksi atau kecanduan. Pada
beberapa jenis olah raga yang mempunyai kriteria berat badan, misalnya angkat
besi, atlet wanita atas kemauan sendiri atau arahan pelatihnya menggunakan
diuretika, yang tujuannya mengeluarkan cairan tubuh. Banyak dan cepatnya
pengeluaran air seni ini akan cepat menurunkan berat badan sebab 60 persen dari
berat badan manusia terdiri atas air. Sayangnya, bersama itu akan terbawa
keluar pula beberapa jenis garam mineral. Akibatnya timbul kejang otot, mual,
sakit kepala, dan pingsan. Pemakaian yang terlalu sering mungkin akan
menyebabkan gangguan ginjal dan jantung. Tentu saja kita yang patuh dengan
prinsip sportivitas tetap berkeyakinan bahwa masih banyak atlet kita yang andal
dan mampu mematuhi aturan yang diberlakukan IOC (International Olimpic
Committee). Olah ragawan atau atlet kita masih bisa berprestasi tanpa doping.
Cara doping lainnya adalah menggunakan suntikan
eritropoetin dan menyuntikkan darah. Kedua cara ini akan meningkatkan jumlah
sel darah merah di dalam tubuh. Fungsi sel darah merah melalui hemoglobin
adalah mengangkut oksigen. Dengan jumlah oksigen yang cukup bagi seluruh tubuh,
proses pembakaran akan berjalan lancar sehingga energi yang dihasilkan akan
bertambah. Cara ini biasanya untuk atlet yang memerlukan daya tahan lama.
Misalnya, untuk lari jauh, maraton, triatlon, sky, berenang 800 m, dan balap
sepeda jarak jauh. Namun, efek bahaya suntikan eritropoetin berupa darah
menjadi lebih pekat sehingga mudah menggumpal dan memungkinkan terjadinya
stroke (pecahnya pembuluh darah di otak). Sementara, doping dengan suntikan
darah akan menimbulkan reaksi alergi, meningkatnya sirkulasi darah di atas
normal, dan mungkin gangguan ginjal. Golongan obat peptide hormonis dan
analognya dapat berakibat si atlet menderita sakit kepala, perasaan selalu
letih, depresi, pembesaran buah dada pada atlet pria, dan mudah tersinggung.
Selain sejumlah kerugian tadi, dampak kejiwaan yang diderita atlet pengguna
doping yang ketahuan adalah suatu siksaan tersendiri. Banyak atlet pemakai
doping yang menderita depresi. Oleh karena itu, hanya mereka (atlet) yang
menggunakan doping 99 persen bakat, 99 persen keuletan, dan 99 persen kerja
keras yang akan memenangi kompetisi.
2. Prosedur pemeriksaan
Biasanya yang diperiksa
adalah para pemenang pertama, kedua dan ketiga, lalu ditambah satu orang atau
beberapa orang atlit yang diambil secara random sampling dan juga mereka yang
dicurigai memakai doping. Mereka semua ini harus melaporkan diri kepada team
control doping biasanya selambat-lambatnya satu jam setelah
pertandingan/perlombaan selesai, bila tidak, maka ia akan langsung
didiskwalifikasikan Hukuman lain yang dapat dikenakan adalah berupa denda uang
(pada olahraga bayaran) atau diskors (tidak boleh bertanding) selama beberapa
waktu tertentu. Yang diperiksa adalah urine atau darah si atlit, tetapi urine
lebih banyak di dipergunakan karena kebanyakan zat-zat doping ini diekskresi
melalui urine. Seratus cm3 urine yang ditampung dalam botol gelas (yang diberi
tanda dan nama) ditutup dan diberi lak, lalu dibagi dua, satu botol disimpan di
lemari es dan satu botol lainnya mengalami pemeriksaan-pemeriksaan yang umumnya
terdiri dari dua tahap :
(a). Tahap screening, untuk deteksi
dan perkiraan berapa macam doping yang ada.
(b). Tahap kedua untuk identifìkasi.
Urutan test biasanya
sebagai berikut :
(1). Zat tersebut diextraksi dari
larutannya.
(2). Screening dilakukan dengan
memakai thin layer atau gas chromatography.
(3). Identifikasi dilakukan dengan
cara isolasi dan analisa memakai chromatography pula.
(4). Untuk konfirmasi identifikasi
tersebut dapat dilakukan dengan cara Mass Spectrometer, Ultraviolet
Absorption Spectrometer, Infrared Absorption Spectrometer.
(5). Pemeriksaan anabolic steroids
dilakukan dengan cara Radio Immuno Assay dan dilanjutkan dengan Mass
Spectrometer pula.
Pada pengambilan sample yang boleh
hadir adalah : si atlit yang diperiksa, pelatih/team manager/dokter si atlit,
petugas pengambil sample, wakil dari federasi internasional cabang olahraga
tersebut dan anggota-anggota dari Komisi Kontrol Doping. Orang-orang ini semua
menanda-tangani suatu berita acara yang menyatakan bahwa mereka hadir pada saat
pengambilan. Pemakainya sample dilaksanakan bila hasil test ternyata positif
maka team pemeriksa segera memanggil team manager/pengasuh siatlit yang
bersangkutan dan memberitahukannya. Bila setelah perundingan antara mereka
dapat disimpulkan adanya suatu kasus doping, maka hasil tersebut segera
diumumkan dalam waktu 24 jam setelah sample diterima. Suatu pemeriksaan ulangan
dapat diminta oleh atlit/team yang bersangkutan secara tertulis dalam waktu 24
jam setelah hasil pertama diumumkan. Segera botol yang disimpan di lemari es
diambil untuk pemeriksaan ulangan dan pemeriksaan ulangan ini sebaiknya
dilakukan dilaboratorium yang lain. Atau bila dilakukan dilaboratorium itu juga
maka pemeriksaan tertebut harus dijalankan oleh teknisi/petugas laboratorium
lain pula. Dan pada pemeriksaan ulangan ini maka team manager/pelatih/dokter si
atlit yang bertangkutan diperkenankan hadir untuk menyaksikannya . Hasilnya
bila memang positif, maka si atlit atau teamnya segera didiskwalifikasikan.
Hukuman lain dapat pula dilakukan oleh federasi internasional cabang olahraga
tertebut. Persoalan yang timbul disini ialah kadang-kadang dalam Olympiade
hukuman-hukuman yang dijatuhkan oleh IOC (International Olympic Committee)
berbeda dengan hukuman-hukuman yang terdapat dalam peraturan federasi
internasional cabang tertebut. Hal inilah yang memusingkan para penyelenggara
pertandingan, dan kiranya hal inilah yang harus segera dirumuskan dengan baik
supaya terdapat suatu peraturan yang seragam mengenai sanksi-sanksinya supaya
tidak terdapat suatu kontradiksi.
B. Moral Dokter Olahraga Dan Tanggung Jawab Atlet Sendiri
Selain pelatih, dokter olahraga juga merupakan anggota
tim atau warga masyarakat olahraga yang ikut serta memelihara kepercayaan
terhadap kompetisi dan performa. Sebagai ahli professional yang paham akan
khasiat obat dan eksesnya ditinjau dari aspek farmakologi, maka dokter olahraga
berpotensi untuk terjebak kearah pemberian atau dukungan kepada atlet untuk
menggunakan obat perangsang tersebut. Hal itu dapat didorong oleh factor
komersialisasi dan nama masyur yang juga terkait dengan factor ekonomi. Ketenaran
nama yang dicapai atlet akan mendorong peningkatan status sosialnya, masyarakat
menganggumi diri dan prestasi atlet. Lebih khusus lagi para ahli frmakologi
merasa seperti ada tantangan untuk melakukan pengujian terhadap khasiat obat
terlarang itu. Namun ada yang percaya diantara mereka bahwa obat itu tidak
berakibat negative. Padahal setiap obat merupakan intrusi kedalam tubuh yang
kemudian membangkitkan resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan
seseorang. Sikap yang menganggap enteng itu terjadi karena masih sulit untuk
mengklaim bahwa sebagai akibat pemakaian anabolic streroid misalnya, prestasi
seorang atlet menjadi meningkat. Namun mnjadi kebiasaan bagi ahli untuk
menyimpulkan adanya korelasi antara prestasi dan pemakaian anabolic streroid, walaupun
mereka juga sukar menentukan hubungan kedua faktor itu.
Cara yang dianggap paling efektif adalah pengawasan melekat melalui
pengendalian diri. Atlet itu sendirilah yang mengawasi dirinya, godaan memang
besar. Di Negara maju yang gampang dan terbiasa dengan obat-obatan untuk
merangsang performa, rayuan dari ketersediaan obat perangsang itu amat kuat.
Pengawasan diri itu pada akhirnya terpulang pada etika dan nilai morl yang
melekat pada diri seseorang. Atas dasar rujukan itulah ia mentukan pilihannya,
apakah menggunakan doping atau tidak. Karena alas an ancaman terhadap
kesehatan, seperti bahaya kanker hati, tidak dapat keturunan, dan lain-lain
yangmasih mengerikan. Kesemuanya itu rupanya tidak cukup untuk membuat
atlet jera menggunakan obat itu. Jadi yang menjadi benteng dan sekaligus filter
untk melindungi keselamatan atlet adalah mereka sendiri. Namun aspek pedagogic
atau pendidikan memainkan peranan penting dalam proses penyadaran dan
pembentukan sikap serta perilaku untuk mempertahankan kepercayaan dan kejujuran
dalam olahraga.
Pada akhirnya, penangkalan masalah doping menjadi tanggung jawab setiap orang,
bukan saja atlet dan pelatih atau dokter olahraga semua orang yang
berkepentingan dengan olahraga ikut bertanggung jawab terhadap doping ini.
Industri farmakologi juga ikut bertanggung jawab, sebab munculnya obat-obat
baru dengan segala khasiat dan akibatnya merupakan produk dari iptek di bidang
farmasi.Penggunaan doping memang terkait dengan konteks social. Masyarakat memang
mengapresiasi pencapaian prestasi. Namun penipuan terjadi, sehingga nilai moral
memang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Penggunaan doping sebagai salah
satu bentuk penipuan dalam olahraga itu juga semakin kompleks masalahnya dari
aspek kajian aksiologis karena didalamnya terlibat beberapa factor. Apa substan
yang dianggap berbahaya dan kemudian seberapa kuat efeknya yang disebut
membahayakan?
Bagi kita di Indonesia yang hidupnya banyak bersandar pada nilai-nilai agama,
doping dianggap sebagai sesuatu yang sangat berbahaya, karena bukan saja
merugikan dari segi kesehatan, tetapi merendahkan martabat manusia. Olahraga
bukanlah kegiatan untuk melampiaskan naluri rendah dan kesempatan untuk
mendemontrasikan keunggulan melalui aneka cara. Kegiatan olahraga merupakan
penyaluran sifat-sifat manusiawi dan menjadi bagian dari upaya untuk
meningkatkan kwalitas manusia menuju kesempurnaan. Sungguh, kegiatan itu buka
untuk menunjukkan keperkasaan manusia di hadapan Tuhan.
Pada
akhirnya, penangkalan masalah doping menjadi tanggung jawab setiap orang, bukan
saja atlet dan pelatih atau dokter olahraga semua orang yang berkepentingan
dengan olahraga ikut bertanggung jawab terhadap doping ini. Industri
farmakologi juga ikut bertanggung jawab, sebab munculnya obat-obat baru dengan
segala khasiat dan akibatnya merupakan produk dari iptek di bidang
farmasi.Penggunaan doping memang terkait dengan konteks social. Masyarakat
memang mengapresiasi pencapaian prestasi. Namun penipuan terjadi, sehingga nilai
moral memang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat.
Saran
Olahraga bukanlah
kegiatan untuk melampiaskan naluri rendah dan kesempatan untuk mendemontrasikan
keunggulan melalui aneka cara. Kegiatan olahraga merupakan penyaluran
sifat-sifat manusiawi dan menjadi bagian dari upaya untuk meningkatkan kwalitas
manusia menuju kesempurnaan
Daftar
Pustaka
1. Y KURODA. Problems of doping in
sport, in Problema of sports Medicine and . sports training and coaching. Olympic Solidarity ofthe International Olympic Committee,
1975.
2. WILLIAMS J G P& SPERRYN P N: Sport Medicine : Butler & Tanner Ltd. London,
1976.
3. Kumpulan materi
kursus dasar kesehatan olahraga I, Dinas kesehatan
sekolah, mahasiswa dan olahraga
Depaztemen kesehatan R.I.1975.
4. BECKET A H: Problems of anabolic
steroid in sports.
5. TYLER R: The great olympic plot,
LastGermany'sruthlessgoad machine.
6. BUSKIRK E R: Nutrition of the
Athlete,in SportsMedicine.Academic Press, New York, 1974.
8. http://kesehatan.blogspot.com/2008/05/doping-jalan-pintas-yang-membahayakan.html 18 Jun 2008 22:09:19 GMT.
ilmuolahraga.blogspot.com/2008/06/bahaya-doping.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar